Ilmu
pengetahuan merupakan sebuah jalan untuk mempermudah kehidupan umat manusia.
Ketika manusia sudah memiliki ilmu pengetahuan maka tingkat kehidupannya pun
semakin membaik. Agar seluruh masyarakat memiliki ilmu pengetahuan secara
merata, maka dibuatlah sebuah sistem agar ilmu pengetahuan mampu dipelajari
dengan mudah. Pendidikan adalah sebuah sistem yang didalamnya terdapat
komponen-komponen penunjang dalam usaha mencapai tujuan mencerdaskan
masyarakat. Setiap negara memiliki tujuan dan sistem pendidikan yang berbeda
sesuai dengan visi dan misi negara mereka. Indonesia merupakan negara yang
sangat mementingkan pendidikan, hal ini tertuang dalam Undang-Undang Dasar
’45 yang merupakan pondasi dasar negara
ini.
Kita
mampu melihat sejauhmana perkembangan pendidikan di Indonesia jika dibandingkan
dengan negara lain dengan melihat aspek-aspek pendidikan yang global. Aspek
pendidikan secara global mampu dilihat melalui aspek pendidik, anak didik, alat
pendidikan, dan tujuan pendidikan. Indonesia negara yang saat ini menganggarkan
20% APBN nya untuk pendidikan terasa masih sangat kurang untuk memenuhi
kebutuhan proses pembelajaran. Aspek-aspek pendidikan yang akan penulis
kaji merupakan mempunyai tujuan untuk
membandingkan tingkat keberhasilan pendidikan di Indonesia dengan negara
tetangganya. Untuk mengetahui perbandingan aspek-aspek ini, kita harus
mengetahui dahulu pengertian dari masing-masing aspek.
Pendidik
adalah orang dewasa yang telah dianggap mampu bertanggung jawab terhadap apa
yang diajarkan kepada anak didik. Sedangkan anak didik adalah individu yang
butuh bimbingan dan arahan dalam bertingkah laku dari pendidik. Aspek yang
lainnya yakni alat pendidikan yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan
pendidikan yang didalamnya berisi komponen pendidikan yang bersinergi satu sama
lain. Sedangkan tujuan pendidikan di setiap negara berbeda-beda sesuai dengan
tujuan negara dalam menciptakan generasi penerus bangsa. Bisa dikatakan bahwa
tujuan pendidikan adalah mentransformasikan seluruh nilai dan norma serta
perkembangan ilmu pengetahuan kepada generasi penerus.
Tujuan
penulis membandingkan pendidikan di Indonesia dengan negara lain dapat
dikatakan sama seperti pendapat Kendall dan Nicholas Hanc yang dikutip
dari Nur (2002:4) yang menjelaskan bahwa tujuan perbandingan
pendidikan adalah untuk mengetahui prinsip-prinsip apa yang sesungguhnya
mendasari pengaturan perkembangan sistem pendidikan nasional. Indonesia
pada tahun 2011 mengalami penurunan peringkat prestasi pendidikannya. Jika di
tahun 2010 Indonesia berada pada peringkat 65 dari 127 negara yang disurvei oleh
UNESCO, kini pada tahun 2011 Indonesia berada pada urutan 69. Hal ini sungguh
menyesakkan bagi kita masyarakat Indonesia yang telah dianggarkan 20% dari
total APBN untuk pendidikan. Penilaian
UNESCO terkait aspek-aspek angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek
huruf pada anak usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan
jender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar.
Bila
melihat aspek diatas, maka wajarlah bila Indonesia masing dianggap sebagai
negara yang jauh dari negara Jepang yang pada survei pada saat itu menjadi negara peringkat pertama dalam kualitas pendidikan.
Indonesia memang masih lebih baik dari
negara tetangga yakni, Filipina, Kamboja, dan Laos. Tetapi bagaimana
dengan negara tetangga yang lain yang berada dalam satu wilayah Asia Tenggara
seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Ketiga negara tersebut
berada jauh diatas Indonesia dalam hal pendidikan.
Aspek
penilaian UNESCO memang berkaitan dengan aspek-aspek yang penulis sebutkan
sebelumnya. Tenaga pendidik di Indonesia masih jauh dari kata profesional,
masih banyak guru yang mengajar tidak pada kompetensinya dan bahkan mengajar
lebih dari satu pelajaran atau berpindah tempat mengajar dari satu sekolah ke
sekolah lain hanya untuk mencukupi kebutuhan ekonominya. Guru di Indonesia
masih sangat minim akan penguasaan metode pembelajaran. Sikapnya yang otoriter
seringkali membuat siswa menjadi kaku dan tidak berkembang. Belum lagi masih
banyak guru di Indonesia yang hanya mengenyam jenjang pendidikan Sekolah
Keguruan dan bukan lulusan dari universitas ilmu keguruan.
Negara-negara
tetangga yang berada jauh diatas Indonesia dalam peringkat pendidikan, tingkat
perekonomian mereka sangat baik sehingga tenaga pendidik tidak perlu resah dan
bekerja secara profesional dalam usaha mencerdaskan anak didik. Jenjang
pendidikan yang sudah selayaknya bagi seorang guru dan sikap profesional dengan hanya mengajarkan
mata pelajaran yang ia kuasai ditambah dengan penguasaan metode pembelajaran,
mampu menciptakan suasana pendidikan yang baik. Namun saat ini Indonesia sedang
berbenah mencarikan solusi untuk meningkatkan mutu guru dengan program
sertifikasi dan macam-macam pelatihan guna menciptakan guru yang berkualitas
baik.
Anak
didik adalah individu yang unik dan membutuhkan bimbingan dan arahan dari para
pendidik guna mencapai kedewasaannya. Setiap anak didik yang ada di Indonesia
sejatinya terlahir dengan bakat yang dibawanya masing-masing. Akan tetapi,
bangsa Indonesia belum mampu mewadahi potensi-potensi anak didik. Pendidikan
masih sangat mahal bagi rakyat Indonesia, sehingga membuat banyak potensi anak
didik tidak berkembang sebagaimana seharusnya. Sistem pendidikan di Indonesia
masih banyak berpatokan pada hasil daripada prosesnya.
Hal
ini tanpa kita sadari membuat anak didik hanya terfokus pada aspek kognitif
dalam tujuannya sebagai siswa di sekolah. Guru di sekolah pun bersikap
sebagaimana robot yang selalu mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Sikap tenaga pengajar seperti hanya mementingkan bagaimana upaya
mereka secepat mungkin dalam penyampaian
materi kepada siswa tanpa memperhatikan kembali daya nalar dan pemahaman siswa
itu sendiri terhadap materi ajar.
Ironis
memang ketika Ujian Nasional (UN) dijadikan sebagai patokan kelulusan siswa
dalam penguasaan materi pada jenjang pendidikan tertentu tanpa mengindahkan
aspek lainnya, yang bisa juga dinilai sebagai bahan pertimbangan oleh tenaga
pendidik. Sistem pembelajaran seperti ini membuat siswa sulit berkembang dalam
usahanya menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Berbeda dengan negara tetangga yang sudah lebih tertata dalam upaya mewadahi
bakat siswa. Malaysia misalnya, pada jenjang Lower secondary education (Sekolah Menengah Pertama
jika di Indonesia), sudah dipetakan para siswanya untuk mengetahui bakat dan
minat siswa pada jurusan sain, seni, teknik atau vokasional. Dengan
cara ini, Malaysia telah mampu membuat peringkat pendidikannya di mata dunia
lebih baik dengan tentunya masih banyak aspek lain sebagai faktor-faktor
pendukung.
Selanjutnya
berbicara mengenai alat pendidikan. Alat pendidikan disini tidak hanya berupa
fasilitas sekolah seperti ruang kelas, meja, kursi, dsb. Yang akan kita sebut
sebagai alat pendidikan di lapangan, sedangkan kurikulum, silabus, dan rencapa
pelaksanaan pembelajaran (RPP) juga merupakan alat pendidikan yang akan kita
sebut sebagai alat pendidikan di luar lapangan. Sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa kurikulum pada setiap negara berbeda dan biasanya mengikuti keinginan
negara masing-masing dengan acuan prospek jangka pendek dan jangka panjang. Di
Indonesia, fasilitas di lapangan sangat minim dari ideal yang diharapkan.
Banyak sekali sekolah-sekolah dalam kondisi rusak dan tak layak pakai hingga
fasilitas penunjang lainnya. Bila kita cermati negara Singapura, sekolah mereka
telah berada dalam keadaan yang sangat baik sehingga siswa dan guru pun menjadi
lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.
Kurikulum
di negara tetangga Malaysia menciptakan pembagian sekolah hampir sama dengan di
Indonesia. Terdapat sekolah kejuruan, sekolah umum, dan sekolah keagamaan
hingga tingkat universitas. Akan tetapi terdapat perbedaan diantara keduanya.
Sistem pendidikan Indonesia menjadikan UN sebagai tolak ukur kelulusan dan jika
ingin masuk ke jenjang berikutnya masih terdapat tes lagi, tetapi di Malaysia
pada setiap jenjang pendidikan tidak menjadikan UN sebagai tolak ukur dan hanya
sebagai uji kemampuan. Malaysia membuat jenjang pendidikan yang lebih tinggi
memantau siswa di jenjang sekolah yang lebih rendah untuk calon siswanya.
Tentunya pemantauan ini terkait dengan kebutuhan sekolah yang akan merekrutnya
sesuai dengan minat dan bakat siswa itu sendiri.
Oleh
karena banyak siswa di Malaysia melakukan yang terbaik dalam seluruh aspek
pendidikan demi mendapatkan sekolah yang terbaik di jenjang pendidikan
selanjutnya. Indonesia dengan penerapan UN sebagai tolak ukur kelulusan dan
terdapat tes lagi untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
membuat banyak siswanya menjadi letih dan menekan mental. Ini telah terbukti
banyak membuat siswa berprestasi pun bisa gagal untuk menempuh sekolah impian
selanjutnya.
Tujuan
pendidikan Indonesia menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Setiap negara pasti memiliki
tujuan pendidikan yang berbeda baik secara terang atau pun tersembunyi. Akan
tetapi yang terpenting adalah bagaimana mencapai tujuan itu sendiri dengan
bantuan ketiga aspek lainnya.
Sebuah
dilema pendidikan di Indonesia muncul ketika tujuan pendidikan yang sudah
dicanangkan secara luhur tetapi tidak dapat didukung oleh faktor-faktor lain
yang seharusnya menopangnya. Seperti yang penulis sebutkan diatas bahwa aspek
pendidik, anak didik, dan alat pendidikan merupakan jalan untuk pencapaian
tujuan harusnya berada dalam kondisi yang baik. Bila kondisi tiga aspek
pendidikan ini telah berada dalam kondisi yang baik, maka tujuan pendidikan pun
sangat mudah diraih. Indonesia dengan banyaknya jumlah penduduk dan kasus
korupsi yang sangat besar menggerogoti tiga aspek pendorong pencapaian tujuan
pendidikan. Bagaimana mungkin tujuan bisa terlaksana dengan baik bila penopang
tujuan tidak dibangun dalam kondisi baik.
Bila
dibandingkan dengan negara tetangga, mereka mempunyai tujuan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan negaranya. Namun, seperti yang telah dijelaskan diatas
bahwa ketiga aspek pendidikan mereka sangat mendukung dalam menopang tujuan
pendidikan. Jika hal ini terus berlanjut tanpa ada daya kreatifitas dari guru
dan pihak sekolah hingga pemerintah, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan
semakin turun peringkatnya dalam tatanan sistem pendidikan dunia.
temanya sangat bagus
BalasHapus